Selasa, 29 Maret 2011

pengalaman part 1

Wowwww, malam ini aku di rumah bersama keluargaku. Enak juga nih di rumah, makan kenyang (biasa pikiran anak kos dengan uang saku bukan pas-pasan lagi namun ngepasin uang saku). Tadi sore aku ngebayangin wahhh enak nih, sepertinya seru jika aku mencoba mengingat-ingat pengalamanku dari paling kecil hingga sekarang. Soalnya banyak tuhh kejadian-kejadian lucu alias aneh alias memalukan mungkin. Ya mungkin aja ketika nanti aku menjadi orang besar (bukan gemuk lhoo) tulisan ini bisa mengingatkanku pada masa-masa bodohku. Hahaaaaaa. Dan sapa tau ajj bisa jadi otobiografi orang terkenal, aku maksudnya orang terkenal itu.
Mau dimulai darimana ya ceritaku, soalnya kalo umur-umur sebelum 4 tahun aku gag ingat itu aktu umur brapa. Dicoba ajj dehhh,, dari cerita nenekku aku lahir di kota ini nihhh, Jepara daereh jawa tengah di paling utara. Pantura atau pantai utara jawa, kalo kalian liat punya peta jawa tengah liat ajja di bagian atas, yang bedi bentuk kepala tuhhh, atasnya ibu kota Semarang. Di desa Bondo dukuh margokerto, ndeso banget yoo. Tanah yang subur dan asri juga lhooo. Dan di usia yang masih bayi cenger tepatnya usia satu bulan, Bapak Ibuku membawaku ke Yogyakarta. Gag tau tepatnya, Ayahku kerja di sana soalnya. Sebagai sopir+sales makanan ringan, Ayahku sering membawa kami (aku dan ibuku tentunya) pindah-pindah walaupun hanya sebagai seorang sopir namun kami masih bisa ngontrak rumah plus kehidupan yang cukup. Masih sangat ingat kejadian ini walaupun usia masih dibawah 4 tahun. Gag tau waktu di usia berapa tepatnya, waktu itu pagi-pagi benar aku berteriak-teriak karena bangun tidur dan ibuku sudah gag ada. Kalo pagi kan Ayahku udah berangkat kerja jadi Cuma ada ibuk, karena aku panggil dan ibu gag datang juga akupun menangis sambil marah-marah teriak-teriak lagi. Ehhh setelah aku nangis sambil apalah tadi, aku ngelihat ibuku ada di kamar mandi, sedang nyuci. Karena masih dalam kemarahan (anak kcil sok-sokan banget ya aku) aku tuang tuhh air yang ada di panci, rencananya siehh bikin pelajaran tuh sama si ibu. Ternyataa... apa yang terjadi?? Ternyata itu air mendidih yang seharusnya dipakai untuk mandiin aku, belum dicampur sama air dingin juga jadi masih kebul-kebul/ berasap. Dan tamatlah riwayatku, makin kenceng jadinya tangisanku karena air mendidih tadi mengguyur bokongku. Singkat cerita, Ayahku pulang dan di waktu kami mau tidur Ayahku bertanya kamu kenapa? Tapi aku hanya menjawab “Pak tuluku mileng” kalo diomongin tu Pak turuku miring (Pak tidurku miring). Hahaaaaaaa, lucu banget pengalaman air mendidih di bokongku.
Masih ada lagi cerita ketika aku kecil, bingung mau cerita yang mana dulu. Cerita waktu aku hilang gara-gara penjual burung keliling saja ya. Waktu itu tentunya masih kecil, masih juga di Yogya, seingatku di daerah sekitar kebun binatang gembiraloka. Dan masih ngontrak bersama Ayah dan Ibuku, ya biasa pagi-pagi hanya bersama ibu. Itupun ditinggal sendiri karena dia di dapur, ya mainan sendiri. Tiba-tiba denger suara rame-rame dan berisik, setelah aku lihat ternyata banyak anak-anak. Apaan tuh kok pada dikerubutin kayak lalat di kotoran ajja, setelah aku mendekat aku ngelihat banyak burung, burung penjualnya (huzzz, jangan mikir aneh2, itu burung gereja yang dijual dan jualannya tu keliling). Tapi emang burungnya bagus2, diwarna soalnya. Karena dari dulu aku emang seorang yang suka mengapresiasi seni jadi aku ikutin deh penjualnya, keliling kota eyuuiiiii. Jalan kesana ke mari seru pokokknya. Mungkin ketika orang-orang liat aku ada di belakang sepeda yang didorong penjual tadi disangkanya aku anak penjual tersebut kali yaaa... seharian tak kenal lelah ikut jualan Bapaknya, gag dikasih makan juga boro2 digaji minum ajj enggak. Tapi ada yang dilupakan, lalu ibuku di mana? Tanpa disangka dan tanpa diduga, ibuku juga muter2 kota lhooo. Tapi bukan jualan burung, ibuku mencariku. Menurut pengakuannya (kayak tersangka saja, padahal kan aku penjahatnya) setelah tanya banyak orang, aku ikut penjual burung. Dengan wajah ketakutan karena takut anak kasayangannya hilang atau diculik dia cari2 aku. Setelah sore hari baru dehhh aku nongol (bukan aku yang nongol tapi ibuku yang berhasil nemuin), aku ada di gembiraloka dan masih bersama burung-burung kesayangan. Aku lihat ibuku lari, terengah-engah kayak abis marathon. Lalu memluk aku dehhh, karena aku masih lugu gatau ibuku tu ngapain orang aku ajja biasa kok dia sampe ketakutan ya? Dengan wajah polosku pun aku dipaksa pulang, padahal kan burungnya belum laku semua ya pak?
Dan masih cerita kenakalanku ya... aku dulu tu anak yang punya banyak sekali mainan. Mainan apa juga aku punya, biasa cita-cita jadi kolektor. Hari itu dari pada aku ngilang lagi mungkin sehingga aku dititipin sama ibu di rumah yang punya kontrakanku. Punya anak kecil juga tapi sekitar 3 tahun diatasku, namanya mas Joko. Anak yang selalu membelaku dari crengkeraman si jahat Gunanto (nama anak yang sering berantem ma aku). Waktu itu mas joko punya mainan baru, dan sangat bagus. Anak-anak lain banyak yang mengerubuti, wahhh jadi pusat perhatian ni mas Joko, mungkin serasa artis di pikirannya. Mainannya tuhhh kereta api, bukan kereta api besar namun kecil dengan ukuran 45 cm untuk lokomotifnys dan masih ada sambungan beberapa gerbong. Pokokknya bagus bener, hatiku pun terasa terpikat mungkin kalo saat ini jatuh cinta pada pandangan pertama. Asa ingin memilikinya pokoknya, mainan lokomotif plus jalan dan beberapa saat bisa mengeluarkan asap. Karena udah siang ibuku pun datang dan mengajakku pulang, gag maulah aku. Kalo dibelikan baru mau pulang, kataku. Hahaaaaaaa, emang dasar anak tak tau diri, mainan itu aku tungguin sampe Ayahku pulang. Berharap dibelikan, dan Ayahku pun pulang lalu menemuiku. Mrengajakku pulang dan berjanji membelikannya besok, jawabanku ya enggaklah maunya sekarang kok belinya besok. Mau gag mau harus sekarang belinya, saya gag mau tau. Wwkwkkwkk (durhaka kamu risssss). Tapi apa daya dari pada aku gag mau pulang dibelikannya mainan mahal itu, hebattt hebatttt... aku mendapat mainan mahal itu... lokomotif yang bagus.

dan cerita ini masih akan berlanjut, nantikan....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar