Selasa, 22 Maret 2011

KAJIAN KRITIS MENGENAI “COOPERTIVE LEARNING”




KAJIAN KRITIS MENGENAI “COOPERTIVE LEARNING”

Perlu kita ketahui dan tanamkan pada pemikiran kita jika iklim pembelajaran yang dikembangkan oleh guru sangat besar pengaruhnya keberhasilan dan kegairahan belajar hal lain juga yang pelu kita ketahui jika kualitas dan keberhasilan pembelajaran sangat dipengaruhi oleh kemampuan dan ketepatan guru dalam memilih dan menggunakan metode pembelajaran.
Dalam realitanya masih banyak guru yang belum memiliki kemampuan dan keterampilan yang memadai dalam memilih, serta menggunakan berbagai metode pembelajaran yang mampu mengembangkan iklim pembelajaran yang kondusif bagi siswa untuk belajar, dan banyak diantara guru yang tidak memiliki kurikulum tertulis yang merupakan pedoman dasar dalam pemilihan metode pembelajaran. Disamping itu, tidak sedikit siswa mengalami kesulitan dalam mengikuti pelajaran dikarenakan metode pembelajaran yang dipilih dan digunakan oleh guru dirasakan kurang tepat. Dengan demikian proses belajar-mengajar (PBM) akan berlangsung secara kaku, sehingga kurang mendukung pengembangan pengetahuan, sikap, moral, dan keterampilan siswa.

Cooperative Learning
Salah satu teori belajar yang dapat diterapkan sebagai metode pembelajaran adalah Cooperative Learning. Secara umum pengertian dari Cooperative Learning yaitu strategi pembelajaran yang efektif dimana masing-masing dengan tingkat kemempuan yang berbeda-beda tingkat kemampuannya dijadikan tim/kelompok kecil dapat terdiri dari 5-6 orang. Semuanya menggunakan aktivitas belajar untuk meningkatkan pemahaman mereka tentang suatu objek.
Dalam Cooperative Learning, proses belajar menekankan kepada hubungan sosial antar siswa sendiri, mereka harus berinteraksi dengan baik agar proses belajar dapat berjalan dengan baik pula. Maka Cooperative Learning erat kaitannya dengan psikologi sosial. Aplikasi dari psikologi sosial menjadi dasar dari teori ini, yang menjadi harapan dengan ini yaitu harus ada peningkatan ketergantungan positifterhadap yang lainnya. Yaitu siswa satu dengan yang lainnya harus selalu saling mengharapkan ada yang dapat dipelajari dari yang lainnya namun secara dirinya sendiri siswa harus berusaha memahami topik sebelum adanya pertemuan atau diskusi. Dan ketika berdiskusi diharapkan setiap siswa mampu menyampaikan pendapat mereka sensuai pemahaman mereka.
Karena terkadang hanya ada beberapa siswa sangat aktif sehingga terjadi penilaian yang berbeda dar siswa lainnya. Sehingga ia akan dianggap siswa pandai, dengan demikian diharapkan mereka semua dalam satu kelompok dapat bertanggung jawab kepada diri mereka sendiri dan kepada kelompok. Agar penilaian pun menjadi sama dari satu dengan yang lainnya.
Dari seluruh pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa Cooperative Learning adalah suatu metode belajar kelompok yang setiap anggotanya aktif mengembangkan uniform, ide, sikap dan lain sebagainya yang dimiliki untuk bersama-sama saling meningkatkan pemahaman. Dan terdapat beberapa faktor yang dapat mendukung keberhasilan belajar yaitu, adanya ketergantungan positif, adanya tanggung jawab individu terhadap kelompok, adanya inetaksi yang menunjang, dan penilaian dalam kelompok.
Pembelajaran kooperatif telah dikembangkan secara intensif melalui berbagai penelitian,tujuannya untuk meningkatkan kerjasama akademik antar peserta didik membentuk hubungan positif, mengembangkan rasa percaya diri, serta meningkatkan kemampuan akademik melalui aktivitas kelompok. Dalam pembelajaran kooperatif terdapat saling ketergantungan positif di antara peserta didik untuk mencapai tujuan pembelajaran. Setiap peserta didik mempunyai kesempatan yang sama untuk sukses. Aktivitas belajar berpusat pada peserta didik dalam bentuk diskusi, mengerjakan tugas bersama, saling membantu dan saling mendukung dalam memecahkan masalah. Melalui interaksi belajar yang efektif peserta didik lebih termotivasi, percaya diri, mampu menggunakan strategi berpikir tingkat tinggi, serta mampu membangun hubungan interpersonal. Model pembelajaran kooperatif memungkinkan semua peserta didik dapat menguasai materi pada tingkat penguasaan yang relatif sama atau sejajar.
Dari data yang saya dapatkan model pembelajaran Cooperative Learning (MPCL) beranjak dari dasar pemikiran "getting better together", yang menekankan pada pemberian kesempatan belajar yang lebih luas dan suasana yang kondusif kepada siswa untuk memperoleh, dan mengembangkan pengetahuan, sikap, nilai, serta keterampilan-keterampilan sosial yang bermanfaat bagi kehidupannya di masyarakat. Melalui MPCL, siswa bukan hanya belajar dan menerima apa yang disajikan oleh guru dalam PBM, melainkan bisa juga belajar dari siswa lainnya, dan sekaligus mempunyai kesempatan untuk membelajarkan siswa yang lain.
Proses pembelajaran dengan MPCL ini mampu merangsang dan menggugah potensi siswa secara optimal dalam suasana belajar pada kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari 2 sampai 6 orang siswa. Pada saat siswa belajar dalam kelompok akan berkembang suasana belajar yang terbuka dalam dimensi kesejawatan, karena pada saat itu akan terjadi proses belajar kolaboratif dalam hubungan pribadi yang saling membutuhkan. Pada saat itu juga siswa yang belajar dalam kelompok kecil akan tumbuh dan berkembang pola belajar tutor sebaya (peer group) dan belajar secara bekerjasama.
Pada MPCL, guru bukan lagi berperan sebagai satu-satunya nara sumber dalam PBM, tetapi berperan sebagai mediator, stabilisator, dan manajer pembelajaran. Iklim belajar yang berlangsung dalam suasana keterbukaan dan demokratis akan memberikan kesempatan yang optimal bagi siswa untuk memperoleh informasi yang lebih banyak mengenai materi yang dibelajarkan dan sekaligus melatih sikap dan keterampilan sosialnya sebagai bekal dalam kehidupannya di masyarakat, sehingga perolehan dan hasil belajar siswa akan semakin meningkat.
Seperti halnya dengan metode-metode dari teori yang lain tentunya tidak ada yang sempurna. Semuanya selalu ada kelebihan maupun kekurangan, begitu pula dengan metode ini .

Keunggulan Cooperative Learning yaitu,
a. Menambah motivasi siswa untuk belajar
Pendidikan akan tercapai tujuannya jika siswa mampu belajar mandiri, siswa tidak selalu diberikan pekerjaan rumah hanya untuk belajar. Tapi siswa tahu sendiri kebutuhan mereka untuk pendidikan dan masa depan mereka. Siswa selalu dituntun dan dibatasi belajar mereka oleh guru. Lihat saja guru hanya menyuruh mereka tentang hal yang ada di buku atau yang telah diberikan guru saja. Namun dengan metode ini diharapkan siswa menganggap belajar untuk kebutuhan mereka dan agar mereka tidak ketinggalan oleh teman kelompok mereka.
b. Siswa cenderung akan belajar lebih mendalam
Karena mereka harus mempersiapkan bahan untuk belajar bersama dalam kelompok mereka, siswa tentunya tidak ingin dianggap remeh oleh teman mereka sehingga belajar dengan lebih lagi harus mereka lakukan. Dari hal ini seorang guru diharapkan mampu selalu mendatangkan suasana kompetisi yang sehat di dalam masing-masing kelompok di dalam kelas.
c. Memperbesar interdepedensi dan hubungan antar murid
Dalam pembelajaran kooperatif selain hal-hal di atas, karena hubungan sosial sangat ditekankan maka model pembelajaran ini dan siswa diharapkan selalu adanya komunikasi dalam berdiskusi. Sehingga hubungan antara siswa pun akan baik dan semakin dekat.

Kelemahan Cooperative Learning adalah ketika tidak adanya penghargaan dan akuntabilitas individual, beberapa siswa akan bermalas-malasan membiarkan siswa lain mengerjakan pekerjaannya. Inilah yang akan terjadi ketika siswa mulai mengabaikan tugasnya dan merasa jika cukup rekan-rekannya saja yang mencari mencari bahan belajar. Dan dia hanya pasif menunggu dari yang lainnya. Atau yang mungkin terjadi adalah ada siswa yang terabakan karena merasa kontribusinya tidak diperhitungkan.
Kelemahan-kelemahan lainnya,
a. Guru khawatir bahwa akan terjadi kekacauan dikelas. Kondisi seperti ini dapat diatasi dengan guru mengkondisikan kelas atau pembelajaran dilakukan di luar kelas seperti di laboratorium matematika, aula atau di tempat yang terbuka.

b. Banyak siswa tidak senang apabila disuruh bekerja sama dengan yang lain. Siswa yang tekun merasa harus bekerja melebihi siswa yang lain dalam grup mereka, sedangkan siswa yang kurang mampu merasa minder ditempatkan dalam satu grup dengan siswa yang lebih pandai. Siswa yang tekun merasa temannya yang kurang mampu hanya menumpang pada hasil jerih payahnya. Hal ini tidak perlu dikhawatirkan sebab dalam model pembelajaran kooperatif bukan kognitifnya saja yang dinilai tetapi dari segi afektif dan psikomotoriknya juga dinilai seperti kerjasama diantara anggota kelompok, keaktifan dalam kelompok serta sumbangan nilai yang diberikan kepada kelompok.

c. Perasaan was-was pada anggota kelompok akan hilangnya karakteristik atau keunikan pribadi mereka karena harus menyesuaikan diri dengan kelompok. Karakteristik pribadi tidak luntur hanya karena bekerjasama dengan orang lain, justru keunikan itu semakin kuat bila disandingkan dengan orang lain.

d. Banyak siswa takut bahwa pekerjaan tidak akan terbagi rata atau secara adil, bahwa satu orang harus mengerjakan seluruh pekerjaan tersebut. Dalam model pembelajaran kooperatif pembagian tugas rata, setiap anggota kelompok harus dapat mempresentasikan apa yang telah didapatnya dalam kelompok sehingga ada pertanggungjawaban secara individu.




APLIKASI COOPERATIVE LEARNING DALAM KAITANNYA
DENGAN BIMBINGAN DAN KONSELING

Metode pembelajaran cooperative learning menurut saya adalah metode yang paling efektif untuk pendidikan saat ini. Namun sebagai calon seorang konselor sekolah hendaknya perlu diketahui jika kita bertindak secara langsung dalam proses belajar mata pelajaran di dalam kelas. Jika kaitannya dengan proses belajar kita dapat memberikan pemahaman kepada guru mengenai metode ini. Agar ketika guru memakai metode ini tidak setengah-setengah tapi mampu sepenuhnya memaksimalkan metode ini.
Sebagai guru pembimbing yang ikut bertanggung jawab pula dalam belajar hendaknya seorang konselor sekolah juga mampu menemukan mana hal yang kurang efektif dalal proses belajar. Selain itu konselor sekolah dituntut mampu ikut menyelesaikan masalah yang dihadapi guru maupun siswa tentang proses belajar mengajar.
Dalam kaitannya dengan konseling, di atas telah saya singgung mengenai tutor sebaya. Hal ini dapat kita jadikan sebagai acuan atau dasar jika cooperative learning dapat kita kaitkan dengan konseling sebaya. Konseling sebaya dimana seorang teman mampu menjadi teman dekatnya dan ketika itu pula siswa tadi dapat menjadi informan untuk membantu temannya yang bermasalah. Konseling sebaya dianggap sebagai jurus jitu dalam membantu siswa menyelesaikan masalah siswa. Sesama teman akan lebih saling percaya dalam mencurahkan isi hati mereka karena secara realita inilah yang banyak terjadi. Siswa takut berurusan dengan guru pembimbing.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar